Tampilkan postingan dengan label tentang islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 September 2011

Tertakjub dengan Masjid Al Irsyad

Bila anda menyempatkan pergi ke Padalarang (Bandung), maka sempatkanlah mengunjungi sebuah masjid yang megah di Kota Baru Parahyangan, masjid yang dimaksud tentu Masjid al-Irsyad (terletak di sebelah Al-Irsyad Satya Islamic School yang berafiliasi dengan Al Irsyad Singapore).

Masjid yang pembangunannya diarsiteki oleh Ridwan Kamil ini berdiri di atas lahan seluas 1 Ha dengan luas bangunan masjid 1700 m2dan luas selasar 800 m2diharapkan dapat menampung sekitar 1500 jamaah. Bentuk masjid yang boleh dibilang sangat unik, karena berbentuk kubus yang terinspirasi dari Kakbah di Masjidil Haram yang juga berbentuk kubus.

Masjid al-Irsyad di malam hari.
Selain dari bentuknya yang berbeda dari masjid-masjid lain pada umumnya, Masjid Al Irsyad memiliki keunikan lain yang membuat takjub, membuat kita mentafakuri salah satu tempat ibadah kepada-Nya.
Saat kita berada di luar masjid tersebut, maka kita akan melihat dinding masjid yang bertuliskan "Laa ilaa ha ilaLlah Muhammad RasuluLlah" yang berukuran amat besar dan terpampang di ketiga sisinya (sisi utara, selatan, dan timur). Pada malam hari, dinding ini akan bercahaya sebagai efek dari lampu yang menyala di dalam masjid.

Lalu, marilah kita memasuki masjid yang selesai pembangunannya pada 17 Ramadhan 1431 atau 27 Agustus 2010 ini. Saat di dalam masjid, kita akan merasakan keteduhan dan kesejukan, karena dinding-dinding masjid ini tidak sepenuhnya tertutup, melainkan terdapat beberapa bagian yang dibentuk berlubang (yang membentuk lafazh "Laa ilaa ha ilaLlah Muhammad RasuluLlah" tadi).
Tempat lampu berukirkan asmaul husna

Di atap masjid kita akan melihat tempat lampu yang berjumlah 99 dengan bagian bawahnya terukir asmaul-husna yang membuat kita tertakjub.

Tidak hanya sampai di situ, yang paling spesial dari Masjid Al Irsyad ini adalah sebuah bola bertuliskan lafazh "الله" ini yang terletak di atas kolam sepanjang shaf pertama dan sejajar dengan tempat shalat Imam. Bagian barat masjid ini pun (yang bola tadi terletak di sana) dibiarkan melompong, sehingga kita bisa melihat langsung alam yang terbentang indah di sebelah barat Masjid al-Irsyad ini.

Sungguh, inilah salah satu masjid yang tidak hanya mempunyai fungsi utama sebagai tempat beribadah kepada الله, tetapi juga memiliki nilai keindahan yang tadi telah dijelaskan. 
Semoga dengan hadirnya masjid ini akan semakin banyak masjid-masjid yang dibangun dengan indah tapi tetap dengan fungsinya sebagai tempat beribadah kepada الله.


Masjid Al Irsyad, Kota Baru Parahyangan

Bola berlafazhkan "الله"

Dinding bertuliskan Dua Kalimat Syahadat (Syahadatain)



Senin, 29 Agustus 2011

Menguak Keajaiban Ka'bah


Menguak Keajaiban Ka'bah-Suatu siang, pertengahan April, empat belas tahun silam. Seperti lazimnya siang di Mekkah, terik matahari mencapai 40° celsius. Tapi matahari yang membakar itu sama sekali tak mengusik ribuan manusia dari pelbagai ras, etnis, dan warna kulit. 

Mereka, ribuan manusia berbalut kain putih itu, bergerak bak ombak laut, dengan gerak melingkar membentuk pusaran. Gerak itu terus bergulung, mengitari satu titik bangunan kubus hitam berusia ribuan tahun. Itulah bangunan suci, saksi sejarah para nabi, dan simbol keagungan sang maha pencipta: Ka’bah.

Di antara ribuan manusia tadi, terselip Michael Wolfe, seorang penyair, pengarang , dan produser film mualaf asal California AS. Itu adalah kali kedua dia menunaikan ritual haji ke Mekkah. Saat itu Wolfe sekaligus mendokumentasikan perjalanannya, yang kemudian disiarkan di acara Nightlife milik Stasiun TV ABC.

“Bagi umat Islam, mengunjungi Ka’bah itu seperti pulang ke rumah. Saat Anda ke Mekkah, ada perasaan yang melibatkan hati seorang manusia, seolah-olah Anda sedang kembali,” kata Wolfe.  Menurut dia, Ka’bah sebagai titik sentral ritual Haji saat itu, melambangkan simbol Keesaan Tuhan.

Dengan berjalan mengitari Ka’bah, umat Islam mengekspresikan semangat untuk menempatkan Tuhan di pusat pusaran kehidupannya. Dan siapapun yang berada di depan Ka’bah, kata Wolfe, akan merasakan kedamaian di hatinya.

Apa yang dirasakan oleh Wolfe sepertinya juga dirasakan para peziarah lainnya. Seorang pengusaha media nasional, Mario Alisjahbana, misalnya menulis dalam catatan perjalanan haji di majalah Madina, mengatakan hal serupa. Ia menemukan pengalaman membahagiakan saat melaksanakan ibadah thawaf, sa’i, dan salat di depan Ka’bah.

“Kepasrahan dan kebahagiaan menyelimuti saya, benar-benar membuat saya menjadi sabar dan damai,” kata Mario.

Pengaruh Ka’bah terhadap para jamaah yang tengah melakukan ritual ibadah di sana, memang misterius. Bahkan, tak sedikit di antara para jamaah, yang tanpa sadar berurai air mata ketika melihat Ka’bah.

***

Umat Islam meyakini Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang berdiri di muka bumi. Hal ini terabadikan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 96,  “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, adalah Baitullah di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Sebuah cerita pra-Islam mengatakan Ka’bah didirikan oleh Adam untuk beribadah kepada Allah. Namun, sebuah riwayat hadis dari Ali bin Hussain, mengatakan Ka’bah didirikan  para Malaikat sebelum kehadiran Nabi Adam di muka bumi. Malaikat saat itu diperintahkan membangun Ka’bah seperti bentuk Baitul Makmur, tempat ibadah yang berada di Surga di langit ke-7.

Namun, seiring waktu berjalan, Ka’bah tersapu banjir besar ketika zaman Nabi Nuh. Ka’bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yang ceritanya terekam dalam Al Qur’an (Surat Al-Hajj : 26). Sejak Nabi Ibrahim, Ka’bah digunakan untuk ibadah Haji.

Setelah itu Ka’bah berkembang menjadi Kota Mekkah diziarahi oleh orang-orang dari berbagai negeri dari jazirah Arab dan Mesir. Oleh karenanya, sepeninggal Nabi Ibrahim, pengelolaan Ka’bah beberapa kali diperebutkan, dan Ka’ba h pun beberapa kali mengalami renovasi dan pengembangan

***

Dari tampilan fisiknya, Ka’bah memang tidak mengadopsi desain dan arsitektur bangunan canggih. Bentuknya sederhana, sesuai namanya (Ka’bah berarti kubus) dengan ukuran panjang-lebar-tinggi: 13,16 m X 11,53 m X 12,03 m. Di dalamnya ada sebuah ruangan berukuran sekitar 10 X 8 meter persegi, dengan dua pilar menjulang ke langit-langit.

Pada masa pra Islam, ruangan ini digunakan menyimpan patung-patung berhala untuk ritual masa itu. Setelah penaklukan kota Mekkah oleh Nabi Muhammad, ratusan patung itu dihancurkan serta gambar-gambar di dinding Ka’bah juga dihapus. Sudut-sudut Ka’bah mengarah ke empat penjuru mata angin, dengan posisi batu Hajar Aswad menempel di sudut timurnya.

Berikut ini infografiknya:




Hajar Aswad adalah salah satu elemen penting Ka’bah. Seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad, jamaah haji biasanya mencium batu ini di sela-sela tawaf. Batu ini mulai dipasang di Ka’bah sejak Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari sebuah batu untuk dipasang di salah satu celah di bangunan Ka’bah.

Namun setelah sekian lama Ismail mencari batu ini, akhirnya Ibrahim mendapatkan batu ini dari Malaikat Jibril. Batu hitam yang berkilau-kilau ini sejak lama mengundang perdebatan. Menurut hadits riwayat At Tirmidzi, batu hitam itu adalah batu yang berasal dari Surga, yang dibawa oleh Nabi Adam ke bumi. Awalnya, kata hadits itu, batu itu berwarna putih. Tapi karena menyerap dosa –dosa manusia di bumi, batu ini berubah warna menjadi hitam.

Sebagian muslim meyakini batu ini adalah batu meteorit berasal dari luar angkasa. Namun, hipotesa ini belum terbukti kebenarannya. Ada pula yang menyebutnya sebagai batu basalt, batu agate (batu akik), atau kaca alami.

Adalah Paul Partsch, seorang kurator koleksi perhiasan Kerajaan Austro-Hungaria, yang pertama kali memperkirakan Hajar Aswad  sebagai batu meteor, pada 1857. Namun, berdasarkan ciri fisiknya, Robert Dietz dan John McHonde menyimpulkan Hajar Aswad sebenarnya adalah batu akik, pada 1974.

Belakangan, seorang pakar sejarah mengatakan Hajar Aswad adalah batu yang bisa mengambang di atas air. Bila benar, berarti Hajar Aswad adalah batu kaca atau batu apung. Pada 1980, Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen menawarkan hipotesis baru.

Menurutnya, Hajar Aswad adalah fragmen kaca yang pecah akibat tumbukan meteor yang jatuh di Wabar, sebuah tempat di gurun Rub’ al Khali, 1000 km di timur Mekkah. Meteor ini diperkirakan jatuh pada 6000 tahun lalu. Namun hipotesis ini pun belum bisa dipastikan kebenarannya.

***

Pada 1977 ilmuwan Mesir Dr Husain Kamaluddin mempublikasikan temuan ilmiahnya bahwa Mekkah adalah pusat bumi. Dibantu pakar Matematika dari Universitas Asyuth, Dr Muhammad Al-Syafi’I ‘Abd Al-Lathif, Husain melakukan penelitian bertahun-tahun melibatkan sekian banyak tabel matematika serta bantuan program komputer.

Penemuan itu ia dapatkan secara tak sengaja. “Awalnya penelitian ini bertujuan menemukan alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan arah kiblat,” kata Husain, dikutip dari buku ‘Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia’, karangan Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi dan Muhammad Raja’l Ath-Thahlawi.

Husain menyiapkan peta berisi gambar benua-benua. Ternyata ia mendapatkan Mekkah berada di tengah-tengah peta dunia. Ia mendapati bahwa tanah di permukaan bumi menyebar dari Mekkah sebagai pusat dengan sangat teratur.

Tak percaya dengan temuannya, ia berkali-kali mengulang percobaannya, bahkan saat ia ujikan kembali dengan peta kuno sebelum terbentuknya Amerika dan Australia. Ternyata hasilnya sama, Mekkah tetap menjadi sentral bumi, termasuk pada awal masa penyebaran dakwah Islam. Tentu saja pembuktian Husain mengundang kontroversi. Ada yang percaya, ada pula yang tak percaya dengan temuannya itu.

Hal lain menarik tentang Ka’bah diungkapkan oleh Agus Mustafa dalam bukunya, Pusaran Energi Ka’bah. Menurut Agus, mengapa doa-doa seorang muslim lebih cepat terkabul ketika ia tengah berada di depan Ka’bah atau Multazam, itu ada penjelasan ilmiahnya.

Agus menyodorkan hukum gaya Lorentz atau juga dikenal dengan aturan tangan kanan. Hukum itu mengatakan bahwa pada konduktor melingkar yang dialiri arus listrik berlawanan arah jarum jam, akan menghasilkan medan magnet yang mengarah ke atas.

Oleh karenanya, kata Agus, ketika lautan tubuh manusia yang mengandung bioelektron mengitari Ka’bah berlawanan arah jarum jam sambil merapalkan kalimat-kalimat talbiyah, maka itu akan melontarkan medan magnet yang demikian besar ke arah langit.

***

Bagi seorang muslim yang taat, tentu saja pembuktian ilmiah terhadap alasan yang melatari ibadah mereka, tak terlalu penting. Benar atau tidak klaim yang mengatakan bahwa Mekkah adalah pusat dari pergerakan bumi, yang jelas Mekkah selalu menjadi magnet bagi muslim di seluruh dunia.

Tokoh muslim pembela hak-hak kulit hitam Amerika Serikat, ElHajj Malik El-Shabazz atau lebih dikenal dengan Malcom X, begitu terpesona dengan semangat persatuan umat yang terjadi selama ibadah haji yang diikuti.
Pengalamannya di sana mengubah pandangan rasisnya selama ini. Kemudian itu diabadikannya dalam sepucuk surat bagi kawannya di Amerika Serikat. “Di sini, ada puluhan ribu peziarah, yang berasal dari seluruh dunia. Mereka berasal dari beragam warna, dari mata biru, pirang, hingga kulit hitam Afrika. Tapi kami semua melakukan ritual sama, memperlihatkan semangat kebersamaan dan persaudaraan, yang selama ini, berdasarkan pengalaman di Amerika, saya kira hal itu tidak pernah ada.”

Selama sebelas hari, Malcolm makan dan minum di piring dan gelas yang sama, tidur di tempat tidur yang sama dan salat kepada Tuhan yang satu. “Saya merasakan ketulusan yang sama dari mereka. Karena keyakinan mereka terhadap Tuhan telah mengenyahkan segala perbedaan dari pikiran mereka."

Islam memang tak membedakan ras, warna, pangkat dan kedudukan. Islam hanya menghargai nilai ketakwaan dari penganutnya. Tak hanya mengajarkan kebersamaan dan persatuan, drama yang terjadi di Ka’bah dan Mekkah, sering menginspirasi atau bahkan mengubah cara pandang dan hidup seseorang.

Dan itu, kerap kali membuat orang meneteskan air mata haru tatkala harus kembali pulang ke negara mereka. Wolfe menggambarkan keharuannya ketika harus meninggalkan Ka’bah dan Mekkah, dengan satu pepatah kuno.
Pepatah itu berbunyi, “Sebelum kamu mengunjunginya, Mekkah akan selalu menanti Anda. Ketika Anda meninggalkannya, Mekkah akan selalu memanggilmu kembali. Selamanya.”


Kamis, 25 Agustus 2011

11 Masjid Terindah di Dunia

Ada banyak masjid yang dibangun di berbagai belahan dunia. Mulai dari masjid yang kecil, sederhana, besar sampai megah. Masing-masing punya keistimewaan dan keindahan tersendiri.

Namun dari semua masjid, ada beberapa yang dianggap paling megah dan memiliki sejarah menarik tersendiri. Berikut ini 11 masjid terindah di dunia seperti dikutip dari Most Interesting Facts dan Latest Top Ten.



1. Masjid Sultan, Singapura
img

Masjid Sultan terletak di Muscat Street dan North Bridge Road, Distrik Kampung Glam Rochor, Singapura. Dikutip dari Most Interesting Facts, masjid ini diketahui sebagai salah satu tempat  ibadah utama umat Muslim di Negeri Singa. Sejak didirikan, hanya ada sedikit pengembangan di Masjid Sultan yaitu di hall utama pada 1960 dan dibangun ruang  tambahan pada 1993. Rasanya memang tidak perlu terlalu banyak perubahan pada masjid yang menjadi  monumen nasional pada 14 Maret 1975 ini, karena bangunannya yang sudah kokoh, indah dan cukup megah.


2. Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, Indonesia
img
Masjid kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya Aceh ini merupakan salah satu bangunan yang masih  berdiri kokoh pasca diterjang tsunami 26 Desember 2004  silam. Salah satu masjid terindah di  Indonesia dan dunia ini awalnya dibangun khusus untuk Kesultanan Aceh. Keistimewaan masjid ini  terdapat pada keindahan  bentuk, ukiran-ukiran atraktif dan halaman yang sangat luas. Banyak orang  yang pernah berkunjung, mengaku merasakan hawa kesejukan saat berada di dalam masjid ini.

3. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei Darussalam
imgMasjid ini dibangun untuk Kesultanan Brunei yang berlokasi di Bandar Seri Begawan, ibukota Brunei.  Masjid ini termasuk salah satu yang paling spektakuler di Asia Pasifik, dan menjadi daya tarik utama  bagi para turis. Masjid Omar Ali Saifuddin juga dianggap para masyarakat Brunei sebagai simbol  keagungan negara mereka.




4. Masjid Zahir, Kedah, Malaysia
imgMasjid Zahir dibangun pada 1912 oleh Tunku Mahmud, putra Sultan Tajuddin Mukarram Shah. Tujuan  pembangunan masjid ini dimaksudkan sebagai makam para prajurit Kedah yang gugur saat mempertahankan  Kedah dari perebutan Siam pada 1821. Arsitektur masjid ini terinspirasi dari Masjid Azizi di Kota  Langkat, Sumatera  Utara, Indonesia. Ciri khas masjid ini adalah adanya lima kubah yang menyimbolkan  lima rukun Islam.



5. Masjid Sultan Ahmet, Turki
imgTempat ibadah yang juga dikenal dengan Masjid Biru ini memiliki enam menara. Kerumitan arsitektur  menjadi daya tarik masjid yang terletak di Istanbul, Turki  ini. Disebut Masjid Biru, karena pada  sore menjelang malam, bagian atas setiap menara dan kubah-kubah menjadi berwarna kebiruan. Bukan itu  saja, interior  masjid ini juga dihiasi ubin-ubin warna biru yang sangat indah.



6. Masjid Badshahi, Delhi, India
imgDalam bahasa Inggris, Badshahi berarti masjid kepunyaan raja. Dilansir Latest Top Ten, eksterior  masjid yang dibangun pada masa Kesultanan Mughal ini, seluruhnya terbuat dari batu pasir merah;  kecuali tiga kubah bulat, serta lengkungan kubah dari menara yang berbentuk segi delapan --terbuat  dari batu  marmer. Masjid yang terletak di Delhi ini, memiliki halaman yang disebut-sebut paling  luas di antara masjid yang pernah dibangun di dunia. Bisa dibilang,  masjid ini menjadi saksi  kemegahan dan kejayaan Kerajaan Mughal pada abad 17.



7. Masjid Faisal, Islamabad, Pakistan
imgMasjid Faisal terletak di sebelah paling utara Islamabad, ibukota Pakistan. Namanya diambil dari  nama pendirinya, Raja Faisal Bin Abdul Aziz dan ditetapkan  sebagai Masjid Nasional Pakistan. Tidak  seperti masjid di Asia pada umumnya, Masjid Faisal tidak memiliki kubah maupun arca. Bentuknya yang  tidak biasa,  terinspirasi dari tenda yang didirikan salah satu suku Arab, Bedouin. Ruang salat  utama berbentuk seperti segitiga besar dan menara dibuat meruncing ke atas.  Sedikit dipengaruhi  oleh gaya bangunan Turki, Masjid Faisal termasuk salah satu gambaran masjid dengan desain arsitektur  kontemporer.


8. Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia
imgDalam bahasa Arab, Istiqlal mengandung arti merdeka, karena memang dibangun sebagai perayaan dan  sekaligus memperingati kemerdekaan Indonesia dari jajahan  kolonial Belanda. Tempat ibadah ini  didominasi susunan balok-balok yang terinspirasi dari gaya bangunan Soviet. Ruang salat utama  berbentuk bujur sangkar  dengan 12 pilar besar. Pilar ini sebagai penyangga kubah utama dengan  diameter hingga 45 meter. Bentuknya yang sangat ikonik, merupakan situs sejarah yang  patut  dipertahankan.



9. Masjid Al Aqsa, Jerusalem, Israel/Palestina
imgMasjid Al Aqsa merupakan tempat suci agama Islam di Kota Tua Yerusalem. Masjid ini dianggap sebagai  tempat suci ketiga oleh umat Islam. Muslim percaya bahwa  Nabi Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-Aqsa dalam peristiwa  Isra' Mi'raj. Salah satu ciri khas Masjid Al Aqsa adalah kubah berwarna abu-abu yang terlihat menonjol.



10.Masjid Al Nabawi, Madinah, Saudi Arabia
imgTempat ini merupakan tempat suci ketiga dalam Islam, dan masjid terbesar kedua setelah Masjid Al Haram di Mekkah. Salah satu tempat terpenting di masjid ini adalah The Green Dome, atau Kubah Hijau (bagian tengah masjid); di mana makam Nabi Muhammad berada. Al Nabawi memiliki 10 menara, dengan tinggi masing-masing mencapai 105 meter.



11. Masjid Al Haram, Mekah, Saudi Arabia
imgInilah masjid terbesar dan tersuci di dunia; memiliki 9 menara dan telah mengalami beberapa kali  renovasi serta penambahan bangunan. Di sinilah terdapat  Ka'bah, tempat paling suci bagi umat Islam.  Setiap tahunnya, lebih dari satu juta peziarah datang ke sini untuk menunaikan ibadah Haji. Umat  Islam percaya,  Ka'bah merupakan bangunan pertama yang didirikan di bumi oleh Nabi Adam, dilanjutkan  Nabi Ibrahim dan terakhir, Nabi Muhammad.


Senin, 22 Agustus 2011

Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.


Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi hairan mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang." 

Pengikut

map visitor