Tampilkan postingan dengan label astronomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label astronomi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 September 2011

Pekan Depan Satelit 6,5 Ton Bisa Hantam Bumi

Para pakar sampah luar angkasa NASA telah mengoreksi perhitungan mereka terhadap antisipasi jatuhnya sebuah satelit raksasa. Kini, badan luar angkasa AS itu memperkirakan, satelit pemantau cuaca berbobot 6,5 ton itu akan jatuh menghantam Bumi Jumat depan, 23 September 2011 sehari lebih cepat dibanding perkiraan sebelumnya.

Satelit ruang angkasa Upper Atmospheric Research Satellite (UARS) sebesar bus itu diluncurkan pada tahun 1991 dan
 sudah dimatikan pada tahun 2005 setelah menuntaskan misinya. 

“Satelit itu diperkirakan akan kembali masuk ke Bumi pada 23 September, plus minus satu hari,” kata Beth Dickey, juru bicara NASA, seperti dikutip dari Scientific American, 17 September 2011. “UARS masuk lebih cepat karena Matahari mengalami peningkatan aktivitas secara signifikan mulai pekan ini."

Seperti diketahui, radiasi Matahari bisa menghasilkan efek dorongan ekstra terhadap satelit di ruang angkasa karena mereka bisa memperpanas atmosfir Bumi dan menyebabkannya jadi memuai. Lalu, di mana UARS akan jatuh?

NASA belum memiliki gambaran di mana satelit raksasa itu akan jatuh. Diperkirakan, setidaknya akan ada 26 potongan satelit itu yang mampu bertahan dari panasnya temperatur akibat gesekan dengan atmosfir Bumi.

Kepingan-kepingan titanium dan tanki bahan bakar kemungkinan akan jadi salah satunya. Untungnya tidak ada bahan bakar beracun yang akan jatuh karena seluruh bahan bakar milik satelit itu sudah habis digunakan pada tahun 2005 lalu.

Menurut kalkulasi NASA, pecahan-pecahan itu akan jatuh tersebar di kawasan seluas 804 kilometer persegi. Ada peluang sebesar 1:3.200 bahwa kepingan bisa menghantam manusia yang sedang berada di daratan. Namun demikian, jika mengingat sebagian besar kawasan Bumi merupakan lautan, tampaknya satelit itu akan langsung jatuh ke laut.

Jumat, 26 Agustus 2011

10 Misteri Besar Alam Semesta


10. Antimateri
sprite-6 
Seperti sisi jahat Superman, Bizzaro, partikel (materi normal) juga mempunyai versi yang berlawanan dengan dirinya sendiri yang disebut antimateri. Sebagai contoh, sebuah elektron memiliki muatan negatif, namun antimaterinya positron memiliki muatan positif. Materi dan antimateri akan saling membinasakan ketika mereka bertabrakan dan massa mereka akan dikonversi ke dalam energi melalui persamaan Einstein E=mc2. Beberapa desain pesawat luar angkasa menggabungkan mesin antimateri. 
9. Radiasi Kosmik Latarbelakang 
sprite-71
Radiasi ini disebut juga Cosmic Microwave Background (CMB) yang merupakan sisa radiasi yang terjadi saat Big Bang melahirkan alam semesta. Pertama kali dideteksi pada dekade 1960 sebagai noise radio yang nampak tersebar di seluruh penjuru alam semesta. CBM dianggap sebagai bukti terpenting dari kebenaran teori Big Bang. Pengukuran yang akurat oleh proyek WMAP menunjukkan bahwa temperatur CMB adalah -455 derajat Fahrenheit (-270 Celsius).
8.Ekstrasolar Planet (Exoplanet)
sprite-8 
Hingga awal 1990an, kita hanya mengenal planet di tatasurya kita sendiri. Namun, saat ini astronom telah mengidentifikasi lebih dari 200 ekstrasolar planet yang berada di luar tata surya kita. Pencarian bumi kedua tampaknya belum berhasil hingga kini. Para astronom umumnya percaya bahwa dibutuhkan teknologi yang lebih baik untuk menemukan beberapa dunia seperti di bumi.
7. Neutrino
Neutrino merupakan partikel elementer yang tak bermassa dan tak bermuatan yang dapat menembus permukaan logam. Beberapa neutrino sedang menembus tubuhmu saat membaca tulisan ini. Partikel “phantom” ini diproduksi di dalam inti bintang dan ledakan supernova. Detektor diletakkan di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan laut, atau ke dalam bongkahan besar es sebagai bagian dari IceCube, sebuah proyek khusus untuk mendeteksi keberadaan neutrino.
6. Mini Black Hole
sprite-10
Jika teori gravitasi “braneworld” yang baru dan radikal terbukti benar, maka ribuan mini black holes tersebar di tata surya kita, masing-masing berukuran sebesar inti atomik. Tidak seperti black hole pada umumnya, mini black hole ini merupakan sisa peninggalan Big Bang dan mempengaruhi ruang dan waktu dengan cara yang berbeda.
5. Energi Vakum
sprite-11
Fisika Kuantum menjelaskan kepada kita bahwa kebalikan dari penampakan, ruang kosong adalah gelembung buatan dari partikel subatomik “virtual” yang secara konstan diciptakan dan dihancurkan. Partikel-partikel yang menempati tiap sentimeter kubik ruang angkasa dengan energi tertentu, berdasarkan teori relativitas umum, memproduksi gaya antigravitasi yang membuat ruang angkasa semakin mengembang. Sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tahu penyebab ekspansi alam semesta.
4. Gelombang Gravitasi (Gravity Waves)
sprite-12
Gelombang gravitasi merupakan distorsi struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein. Gelombangnya menjalar dalam kecepatan cahaya, tetapi cukup lemah sehingga para ilmuwan berharap dapat mendeteksinya hanya melalui kejadian kosmik kolosal, seperti bersatunya dua black hole seperti pada gambar di atas. LIGO dan LISA merupakan dua detektor yang didesain untuk mengamati gelombang yang sukar dipahami ini.
3. Materi Gelap (Dark Matter)
sprite-13
Para ilmuwan berpendapat bahwa materi gelap (dark matter) merupakan penyusun terbesar alam semesta, namun tidak dapat dilihat dan dideteksi secara langsung oleh teknologi saat ini. Kandidatnya bervariasi mulai dari neotrino berat hingga invisible black hole. Jika dark matter benar-benar ada, kita masih harus membutuhkan pengetahuan yang lebih baik tentang gravitasi untuk menjelaskan fenomena ini.
2. Quasar
sprite-14
Quasar tampak berkilau di tepian alam semesta yang dapat kita lihat. Benda ini melepaskan energi yang setara dengan energi ratusan galaksi yang digabungkan. Bisa jadi quasar merupakan black hole yang sangat besar sekali di dalam jantung galaksi jauh. Gambar ini adalah quasar 3C 273, yang dipotret pada 1979.
1.Tabrakan Antar Galaksi
sprite-15 
Ternyata galaksi pun dapat saling “memakan” satu sama lain. Yang lebih mengejutkan adalah galaksi Andromeda sedang bergerak mendekati galaksi Bima Sakti kita. Gambar di atas merupakan simulasi tabrakan Andromeda dan galaksi kita , yang akan terjadi dalam waktu sekitar 3 milyar tahun.

Astronom Temukan Planet "Berlian" Raksasa


Tim astronom di Australia mengaku telah menemuka suatu planet eksotis di galaksi bima sakti. Planet itu bagaikan sebuah berlian.

Planet ini, berjarak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi, jauh lebih padat dari yang lain dan sebagian besar terdiri dari karbon. Saking padatnya, tim astronom memperhitungkan bahwa karbon ini sejernih kristal, bahkan tidak jauh beda dengan berlian.

Planet aneh ini mengorbit di sekitar sebuah bintang yang telah mati akibat supernova dan disebut sebagai millisecond pulsar baru atau bernama PSR J1719-1438. Ketua tim peneliti dari Universitas Swinburne di Melbourne, Matthew Bailes, memperkitakan bahwa planet ini memiliki diameter lima kali lipat dari bumi.

"Kami sangat yakin bahwa planet itu memiliki kepadatan 18 kali lipat dari air," kata Bailes, seperti yang dikutip National Geographic, 25 Agustus 2011. "Ini berarti planet itu tidak dibuat dari gas seperti hidrogen dan helium seperti kebanyakan bintang, namun [terbuat] dari elemen-elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal, mirip sebuah berlian," kata Bailes.

Bailes dan timnya menemukan planet beserta bintang millisecond pulsar itu saat survei pulsar melalui teleskop radio di Observatorium Parkes, Australia. Pulsar merupakan sejenis bintang mati yang memancarkan sinar gelombang radio yang kuat dari sumbunya. Bila sinar-sinar tersebut melintas pandangan dari Bumi ketika bintang berotasi, teleskop radio di Bumi dapat mendeteksi denyut rutin bintang mati itu.  

Tim dari Swinburne telah membuat sketsa atas bentuk planet yang mirip berlian itu. Namun, kepastian apakah planet tersebut benar-benar berlian raksasa masih harus dibuktikan lebih lanjut. Tim astronom optimistis bakal menemukan planet-planet aneh lainnya.

"Dengan makin canggihnya teknologi komputer, kami yakin akan menemukan lagi planet seperti ini," kata Bailes.

Rabu, 24 Agustus 2011

Bintang Berkurang?


Mengapa Jumlah Bintang Terus Berkurang?
Selama ini para ahli astronomi telah mengetahui bahwa jumlah bintang di angkasa terus berkurang. Bintang tua cahayanya semakin redup, sementara bintang baru tidak terbentuk
 Tim ilmuwan dari Australia menemukan penyebabnya, yaitu karena berkurangnya molekul hidrogen di dalam galaksi.
Dr. Robert Braun dari CSIRO menggunakan radio teleskop Mopra di New South Wales untuk membandingkan galaksi-galaksi. Ia menemukan galaksi baru mengandung lebih banyak molekul gas hidrogen dibanding galaksi lama.
"Hasil temuan ini membantu kita memahami mengapa sekarang bintang tak bersinar lagi," ujar Braun seperti dikutip dari TGdaily.
Bintang terbentuk dari awan berisi debu dan gas yang sangat besar dan bersinar karena ada proses pembakaran hidrogen menjadi helium. Ketika hidrogen habis, tekanan akan menurun, dan bintang pun lama-kelamaan mati.
Lalu kemapa jumlah hidrogen berkurang?
Menurutnya, berkurangnya gas hidrogen dan formasi bintang kemungkinan mulai terjadi sejak ukuran jagat raya semakin cepat berkembang, dan galaksi-galaksi jadi kesulitan menangkap gas

Selasa, 23 Agustus 2011

Martian :Laut di planet mars


planet Mars memungkinkan untuk ditinggali. Pendapat ini muncul setelah dua satelit antariksa menemukan mineral pembentuk air, silikahidrat, di permukaan utara planet Merah itu.
Pesawat antariksa milik Badan Antariksa Eropa (ESA), Mars Express, dan satelit milik Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) atau NASA, Mars Reconnaissance Orbiter, sebelumnya menemukan ribuan bebatuan yang diselimuti air. Kalau penemuan terbaru diperoleh di permukaan utara, maka bebatuan itu ditemukan di permukaan selatan planet Mars.

Mineral lumpur yang ditemukan dua perangkat antarilcsa dikenal dengan istilah phyllosilicate. Menurut ahli, penemuan mi menipakan indikasi bahwa permulcaan selatan Mars pada masa lampau ternyata lebih hangat dan basah dibandingkan hari ini.
Sementara mineral yang ditemukan di permukaan utara Mars sudah bercampur dengan lapisan lava tebal. Di samping itu, partikel mineral tergolong sangat mungil sehingga sulit diteliti. Penjelajah Mars milik NASA, Mars Express, pernah mengambil contoh mineral permukaan utara Mars. Ternyata contoh mineral kurang memadai. Padahal, saat itu, Mars Express membawa mineral lebih banyak dari yang diminta sebelumnya.
Sementara itu, NASA yang tidak mau berjalan setengah-setengah langsung menerjunkan satelit pendukung demi memperoleh resolusi data dengan kualitas lebih baik. Hasilnya, tidak kurang dari sembilan kawah utara Mars mengandung phyllosilicate atau ikatan silikahidrat lain. Data penemuan serta analisis sementara sudah diterbitkan dalam jurnal Science. “Sekarang kita benar-benar bisa mengatakan bahwa Mars pernah diselimuti air sekitar 4 miliar tahun lalu,” kata penulis jurnal John Carter dari University of Paris.
Seperti penemuan antariksa sebelumnya, data yang tercantum dalam jurnal Science ini lantas disusul dengan prediksi-prediksi lain. Para ilmuwan antariksa langsung memeriksa jenis mineral untuk “meraba-raba” bentuk kehidupan di Mars pada masa lampau.
Menurut ilmuwan, permukaan lokasi penemuan kaya akan besi magnesium, tapi sediki taluminium. “Dan data itu diperoleh hasil susulan bahwa air di Mars bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan juta tahun,” tandas penyelidik OMEGA dari University of Paris, Jean-Piere Bibring.
Berita tentang penemuan air di Mars tidak berembus kali ini saja. Pertengahan Juni lalu, sekelompok ilmuwan dar University of Colorado, Boulder, Amerika Serikat (AS) menyebutkan 36% permukaan planet Mars terdiri atas 30 juta kubik mil air. Data ini diperoleh dari serangkaian penelitian terhadap permukaan delta serta ribuan lembah sungai yang berada dikawasan kawah Mantian.
Laut luas di permukaan Mars ini awalnya tidak bernama. Setelah mengumpulkan beberapa data, ilmuwan akhirnya berani memberikan nama Laut Martian terhadap bekas bentukan laut luas tersebut. Kendati sudah memperoleh data berupa angka, peneliti belum bisa memastikan penyebab hilangnya Laut Martian. Dugaan sementara, Laut Martian terkubur di bawah lapisan es, jauh di bawah permukaan Mars.

Kamis, 18 Agustus 2011

Usia Bulan Ternyata Lebih Mudah dari Perkiraan


Usia Bulan ternyata lebih mudah dari perkiraan sebelumnya. Temuan baru tersebut merupakan hasil penelitian ahli geokimia dari Carnegie Institute of Science Richard Carlson yang disiarkan di jurnal Nature terbaru dalam edisi online.

Teori lama mengenai Bulan menyebutkan, benda antariksa itu tercipta oleh dampak raksasa antara satu objek mirip planet yang sangat besar dan proto-Bumi. Energi yang keluar cukup memadai sehingga Bulan terbentuk dari bahan yang mencair dan dikeluarkan ke antariksa.

Saat Bulan mulai dingin, magma mengeras menjadi komponen mineral yang berbeda. Analisis mengenai contoh batu Bulan yang diduga telah diperoleh dari magma asli telah memberi para ilmuwan perkiraan baru mengenai usia Bulan.

Menurut teori pembentukan Bulan, satu jenis batu yang disebut ferroan anorthosite atau FAN merupakan yang paling tua di antara batu kerak Bulan. Tapi para ilmuwan kesulitan menentukan tanggal sampel FAN.

Untuk mengatasi ini, tim peneliti menggunakan teknik baru untuk memastikan usia contoh FAN dari batu Bulan yang dibawa ke Bumi oleh misi Apollo 16 pada 1972. Tim menganalisis isotop mengenai unsur timah dan neodymium untuk menempatkan usia sampel FAN pada 4,36 miliar tahun.

Angka itu jauh lebih muda daripada perkiraan sebelumnya mengenai usia Bulan yang memperkirakan usia sistem tata surya tersebut pada usia 4,568 miliar tahun.

Usia baru yang lebih muda itu sama dengan usia yang diperoleh buat mineral paling tua di Bumi --zircon dari Australia barat-- yang menunjukkan kerak paling tua di Bumi dan Bulan terbentuk rata-rata pada saat yang sama. Keduanya terbentuk tak lama setelah benturan raksasa.

Studi itu adalah yang pertama dalam hal sampel FAN menghasilkan usia yang konsisten dari banyak isotop teknik penanggalan. "Usia yang jauh lebih muda mengenai sampel Bulan ini
berarti Bulan membeku lebih belakangan daripada perkiraan semula. Atau kita perlu mengubah seluruh pemahaman mengenai sejarah geokimia Bulan," kata Carlson.(Ant/DOR)

Senin, 15 Agustus 2011

Bukti Aliran Air Garam di Mars


Bukti Aliran Air Garam di Mars
NASA/JPL-Caltech/University of Arizona
 
Bukti aliran air garam ditemukan di lereng Mars. NASA menyatakan bahwa inilah bukti pertama temuan cairan bergerak di planet merah tersebut.

"Kami sudah menemukan beberapa bukti adanya aliran air di Mars," kata Michael Meyer, pimpinan peneliti untuk program penjelajahan Mars. Data tersebut dikumpulkan dari Mars Reconnaissance Orbiter yang diberikan tugas baru, yakni menemukan bentuk kehidupan.

Mars Reconnaissance Orbiter yang sudah mengelilingi Mars sejak 2006 telah mendapati beberapa bentuk yang ditengarai sebagai aliran air di beberapa lokasi. Di kawah Newton yang terletak di belahan selatan misalnya, ada sebentuk garis sepanjang beberapa lereng curam dan menghilang di tempat bertemperatur dingin. Selama tiga tahun, High Resolution Imaging Service Science Experiment di alat pengorbit sudah merekap banyak aliran di tujuh lokasi.

"Penjelasan terbaik saat ini adalah aliran air garam, meskipun studi ini belum membuktikan hal tersebut," kata Alfred McEwen dari Lunar and Planetary Laboratory, University of Arizona. "Masih misteri, tapi bisa dipecahkan dengan penelitian dan percobaan lebih lanjut," tambah McEwen.

Sampai saat ini, belum ada air dalam bentuk cair ditemukan di Mars meskipun para peneliti sudah mendapati ada es di kedua kutub. Temuan air akan membuktikan bahwa Mars memiliki kehidupan primitif karena semua makhluk butuh air untuk hidup.

Andai saja air dalam bentuk cair ada di Mars, misteri yang harus disingkap selanjutnya adalah asal air. "Apakah mereka kanal menuju kolam yang lebih luas dan dalam? Apakah mereka hanya cairan yang terperangkap?" kata profesor ilmu geologi Lisa Pratt. 

Astronom temukan planet tergelap


Astronom Temukan Planet Tergelap
Sebuah planet di luar tata surya yang gelap, lebih gelap dari sepotong batu bara, telah ditemukan para astronom. Planet sebesar Jupiter ini mengorbit bintangnya dengan jarak sekitar lima juta kilometer dan kemungkinan temperaturnya 1.200 derajat celcius.
Planet ini mungkin terlalu panas untuk mendukung awan pemantul seperti terlihat di sistem tata surya. nnamun demikian tetap saja tidak bisa menjelaskan mengapa planet ini begitu gelap. Kajian ini akan diterbitkan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Planet yang disebut TrES-2b karena ditemukan dalam survei eksoplanet Trans-Atlantik tahun 2006. Jaraknya dari bumi sekitar 750 tahun cahaya di konstelasi Draco. Planet ini terletak di jarak pandang teleskop angkasa Kepler yang tujuannya menemukan eksoplanet menggunakan pengukuran cahaya yang sangat sensitif.
Dengan menggunakan data selama empat bulan pertama dari Kepler, David Kipping, peneliti di Center for Astrophysics di Universitas Harvard dan David Spiegel dari Universitas Princeton mengkaji jumlah cahaya terpancar langsung dari TrES-2b.
Mereka mengukur jumlah cahaya dari "sisi malam" planet ketika langsung berada di depan bintangnya. Lalu membandingkan dengan cahaya dari "sisi gelap" sebelum melintasi bintangnya.
Perbedaan keduanya kemudian diukur untuk mengetahui seberapa banyak sinar yang terpantul atau disebut albedo.
Dalam sistem tata surya, awan di Planet Jupiter memantulkan sinar 52%, Bumi memantulkan sinar 37%. Namun tampaknya planet TrES-2b memantulkan sinar kurang dari 1% sinar bintangnya. "Albedo ini lebih gelap dari pada cat acrylic atau batu bara. Aneh," ujar Dr Kipping kepada BBC.
Salah satu penjelasannya barangkali planet itu terlalu panas untuk mendukung awan pemantul yang mengelilingi planet seperti terlihat di sistem tata surya. Namun Kipping dan Spiegel mengatakan ini pun belum dapat akan menjelaskan mengapa TrES-2b begitu gelap. Tidak hanya karena planet gagal memantulkan sinar namun kemungkinan menyerap sinar itu, katanya.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Bukti Alam Semesta Lebih dari Satu


Citra sisa bintang yang diperkirakan terbentuk saat kelahiran alam se Benarkah ada alam semesta selain yang kita diami sekarang? Teori fisika modern membenarkannya.  Berdasarkan teori itu, semesta tak cuma satu, dunia adalah dunia yang multiverse. Semesta tempat kita hidup berada dalam sebuah gelembung di mana ada semesta lain yang terdapat di dalamnya. Tabrakan antarsemesta adalah hal yang mungkin terjadi.
Fisikawan dari University College London (UCL) kini mengembangkan cara untuk mendeteksi jejak tabrakan itu. Mereka membuat simulasi langit dengan atau tanpa tabrakan dan mengembangkan algoritma dasar untuk menentukan citra yang sesuai dengan data radiasi gelombang mikro kosmos dari Wilkinson Microwave Aniostropy Probe (WMAP) milik NASA.
Metode yang dikembangkan para ilmuwan itu dipublikasikan di jurnal Physics Review Letters danPhysical Review D yang terbit Juli 2011. Algoritma yang dikembangkan memiliki keampuhan sebab bisa menyelesaikan masalah yang sering dihadapi saat ini dalam mendeteksi jejak tabrakan antarsemesta.
"Semua pola-pola yang didapatkan dalam data acak terlalu mudah untuk diinterpretasikan lebih (seperti klaim penemuan pahatan wajah Mahatma Gandhi di Mars yang ternyata citra gunung). Jadi kami berhati-hati dalam melihat data, seberapa mungkin tanda tabrakan ini cuma kebetulan," kata Daniel Mortlock, ilmuwan UCL yang terlibat penelitian ini.
Mortlock mengatakan, dengan mengembangkan metode untuk mendeteksi tabrakan, teori bahwa dunia terdiri atas banyak semesta bisa dibuktikan atau dibantah. Selama ini, beberapa klaim penemuan jejak tabrakan antarsemesta ada, tapi belum bisa dipastikan bahwa jejak yang dimaksud adalah hasil tabrakan atau hanya noise dalam data.
Seperti dikutip Physorg, Rabu (3/8/2011), Stephen Feeney, pelajar UCL yang terlibat penelitian itu mengungkapkan, "Penelitian ini memberikan kesempatan untuk membuktikan teori yang benar-benar mengejutkan, bahwa kita ada dalam dunia yang multiverse, di mana semesta lain juga eksis di dalamnya."

Pengikut

map visitor